Tuesday, February 9, 2010

ASU

Asu atau dalam bahasa ingris-nya adalah kirek dan dalam bahasa melayunya adalah doggy. Acapkali dihubungkan dengan pernyataan sikap kepada seseorang yang kelewat kemlinthi, mbagusi, nggaya, kakeyan cangkem dan mbajing. Namun pada dasarnya asu sendiri adalah nama sejenis hewan yang bukan sejenis kucing. Atau kebanyakan orang mengenalnya dengan anjing.

Entah mengapa dan didasarkan pada hukum apa asu menjadi semacam hukum tutur yang menguat menjadi tradisi yang susah diabaikan. Dan menjadi semacam bahasa tabu yang tidak boleh di ucapkan sembarangan. Karena beranalogi kasar, sarkasme dan membinatangkan orang. Apa karena merujuk pada tingkah laku asu atau anjing itu sendiri yang sama dengan tingkah manusia. Mbuh juga!

Padahal kalo menurutku tingkah laku manusia (laki-laki) khususnya yang sama dengan anjing dan mudah dijumpai adalah pipis sembarangan (tapi tidak semua, kalo gak ada pernyataan seperti itu entar dikira gebyah uyah, pukul rata, hiya to?). Bedanya kalo anjing atau asu sebagai penanda wilayah kekuasaan dari anjing atau asu yang lain. Nah kalo manusia adalah penanda kekemprohan yang berakibat pada pisuan asu pesing cuk!

Mungkinkah berawal dari itu maksud dan tujuan serta misi dan visi kenapa asu menjadi salah satu bank kosakata dalam ranah kehidupan berbangsa dan bernegara. Yang dikhususkan untuk pelemahan karakter seseorang, karena tingkah lakunya yang dianggap lupa akan esensi memanusiakan manusia. Kalopun ada konsepsi seperti itu dan pingin menghilangkan idiom ke-asu-an tersebut, maka pergilah ke laut terus kehutan. Karena kehidupan di bumi susah dianggap sebagai tempat suci.

Namun alangkah baiknya jika pembelajaran untuk tidak bertutur kata-kata asu sebagai representasi luapan emosi. Tapi butuh waktu dan membiasakan diri. Atau kalo perlu menjauh dari kontaminasi kata-kata asu tersebut. Dan membentengi mulut dan hati serta logika dengan jejalan kata-kata yang EYD. Berlatih kalopun perlu sebagai upaya terapi kalo memang suka sakow, kalopun perlu. Tapi semua kembali pada diri kita, mana yang kita pilih itulah yang terbaik.

Kalo aku asu lebih banyak aku terjemahkan bukan sebagai kata kasar. Asu ya asu sekedar nama hewan berbentuk anjing. Kalo asu muncrat dari mulut ku dan sebagai bagian dari dialog antar kawan dekat dengan catatan_asu bukanlah saru. Maka nyaman saja bahkan lebih seru. Yoi ora suuu?

Anjing : wooo bola bali manusia kenapa nama kita jadi pisuan seperti itu
Aku : ya karena kamu asu
Anjing : wooo manusia
Aku: wooo asu
Anjing : manusia
Aku: asu
Anjing : cuk
Aku: Guk!

NB (Notulensi Badak) : Tulisan ini hanyalah saru belaka, pelaku dan kejadian sengaja direkayasa untuk memudahkan mendulang sensasi dari persetubuhan antara cagak listrik dan rumput yang bergoyang!

No comments:

Post a Comment